Oleh: Kevin Carson. Teks aslinya berjudul “Will Free Markets Recreate Corporate Capitalism?” Diterjemahkan oleh Ameyuri Ringo.
Banyak anarkis dan sosialis berpendapat bahwa bahkan jika pasar secara teoritis dapat bersifat non-kapitalis, dan ekonomi pasar non-kapitalis dapat diciptakan, dinamika dari pasar akan menghasilkan kelahiran kembali kapitalisme. Argumentasi yang digunakan oleh kaum anarkis dan sosialis non-pasar adalah bahwa, dalam pasar yang kompetitif — bahkan dalam pasar yang kompetitif yang alat-alat produksinya telah didistribusikan secara luas dan sebagian besar aktornya adalah entrepreneur swakelola — akan selalu ada pemenang dan pecundang. Pecundang yang kalah akan disingkirkan dari bisnis, dan menjadi pekerja upahan untuk sang pemenang yang mampu membayar mereka. Pernyataan khas dari argumen ini adalah pernyataan Christian Siefkes, seorang Marxis libertarian yang terkait dengan P2P Foundation (dikutip dari daftar diskusi email mereka):
Ya, mereka akan berdagang, dan perdagangan mereka awalnya tidak bersifat kapitalistik… Tapi dengan asumsi bahwa berdagang/bertransaksi merupakan cara utama untuk mereka dalam mengatur produksi, kapitalisme pada akhirnya akan terjadi, karena beberapa dari produsen akan akan bangkrut, mereka akan kehilangan akses langsung mereka terhadap alat-alat produksi dan terpaksa menjual tenaganya sebagai buruh upahan. Jika tidak ada produsen lain yang cukup kaya untuk untuk mempekerjakan mereka, mereka tidak beruntung dan akan kelaparan… sesuatu yang juga kita saksikan dalam fenomena besar kebangkitan kapitalisme, yang dapat kita lihat di negara berkembang dimana tidak ada kapital yang cukup untuk mempekerjakan semua tenaga kerja yang ada. Tapi jika ada produsen/orang lain [yang akan] mempekerjakan mereka, benih perpecahan antara kapitalisme dengan kapitalis/pekerja akan muncul.
Pertanyaannya kemudian adalah, apakah pasar yang kompetitif tanpa distorsi kapitalisme, yang berlangsung melalui transaksi secara damai, akan berakhir menjadi pasar dengan konsentrasi kekayaan yang besar dan dominasi atas pekerja upahan. Saya berpendapat bahwa itu tidak akan terjadi.
Sebelum Saya melanjutkan, saya perlu mengklarifikasi beberapa poin: Berasal dari tradisi anarkis individualis ala Thomas Hodgskin dan Benjamin Tucker, saya membedakan antara “kapitalisme” dan pasar bebas, sebagai sebuah sistem dimana sistem ekonomi dan politik dikendalikan oleh kapitalis. Negara melakukan intervensi terhadap pasar atas nama mereka; pasar kapitalis, yang berbeda dengan pasar bebas, dicirikan oleh manipulasi terhadap hak kepemilikan, kelangkaaan, subsidi, dan hambatan masuk atau kartel yang monopolistik.
Dan ketika saya berkata “pasar bebas”. saya tidak merujuk pada pada sebuah masyarakat yang kebanyakan fungsi ekonominya dilakukan melalui transaksi uang atau badan usaha. “Pasar bebas” yang saya maksud disini adalah sebuah masyarakat dimana transaksi keuangan diizinkan untuk menjadi bagian dari campuran tersebut, dan tidak ada spesifikasi tertentu tententu mengenai seberapa besar suatu komponen dari campuran tersebut. Faktanya, menurutku, besar kemungkinan bahwa dalam masyarakat yang bebas, sebagian besar kebutuhan ekonomi akan dipenuhi melalui aktivitas-aktivitas non-pasar seperti produksi langsung untuk sektor informal dan rumah tangga, produksi subsisten langsung di sektor perumahan komunitas atau lingkungan tetangga, atau jaringan “produksi sejawat berbasis bersama”; dan sebagian besar sumber daya alam akan dimiliki berdasarkan rezim pemerintahan milik bersama seperti yang banyak dianalisis oleh Elinor Ostrom. Saat jaring pengaman masyarakat berbasis pemerintah atau pebisnis terkikisdan perusahaan serta pemerintah menarik diri dari kehidupan sosial, saya memperkirakan akan semakin banyak aktivitas perekonomian yang dilakukan melalui organisasi komunal dan berbasis kesukarelaan untuk mengumpulkan resiko, biaya, dan pendapatan dengan model seperti serikat atau perkumpulan pekerja dan desa-desa terbuka di akhir abad pertengahan (yang cukup menonjol dalam karya sejarah Kroptokin). Dalam hal ini saya menolak untuk memasukan kondisi pertukaran ala Siefkes sebagai cara utama untuk mengatur proses produksi, sebagai bagian dari pendefinisian terhadap “ekonomi pasar”.
Kini saya akan kembali ke pertanyaan utama: Apakah keberadaan pasar bebas akan mengarah pada lahirnya kapitalisme, konsentrasi kekayaan, dan sistem upah, atau pada ekonomi korporatis yang didominasi oleh sekelompok kecil bisnis raksasa? Saya mengulanginya kembali, Itu tidak akan!
Untuk menjawab pertanyaan mengenai ekonomi korporatis, argumen yang sering muncul adalah — berdasarkan pengalaman saya yang berasal dari kaum liberal dan tipe Kiri-Tengah di tempat-tempat seperti Salon atau komentar di Daily Kos — adalah Golden Age merupakan era “laissez-faire” yang secara spontan memunculkan era monopoli oleh korporasi raksasa. Reformasi Progresif pada pergantian abad ke-20 dilakukan untuk mengendalikan perekonomian korporasi yang tak terkendali yang tumbuh darinya.
Tapi ekonomi korporatis seperti yang kita tahu tidak muncul secara natural sebagai akibat dari kekuatan pasar; itu diciptakan oleh negara. Sistem rel jalur kereta api berskala besar di AS, yang menjadikan perjalanan jarak jauh menjadi lebih murah dan menciptakan area pasar yang sangat besar serta perusahaan-perusahaan besar yang melayani mereka, muncul melalui hibah lahan kereta api. Sistem rel jalur kereta api nasional yang berskala sangat besar merupakan prasyarat bagi munculnya ekosistem perdagangan grosir dan eceran yang menjadi prasyarat bagi kebangkitan perusahaan manufaktur yang tumbuh untuk melayani kebutuhan pasar yang baru tercipta. Bahkan Alfred Chandler, seorang pembela sejati terhadap model industri produksi massal terpusat pada abad ke-20, mengakui bahwa distribusi dan produksi nasional yang terpusat hanya mungkin terjadi karena peran negara dalam menciptakan sistem transportasi nasional berkapasitas tinggi.
Jika tidak ada intervensi seperti itu, sistem perkeretaapian kemungkinan besar akan berbentuk – seperti argumen Lewis Mumford – berupa banyak jaringan lokal yang digabungkan secara longgar dengan sistem jalur utama nasional yang berkapasitas jauh lebih rendah. Dan bentuk produksi industri yang ideal untuk federasi jaringan kereta api lokal yang longgar adalah model kawasan industri.
Selain itu, tarif industri berfungsi sebagai tembok yang memudahkan kartelisasi industri. Pertukaran dan pengumpulan paten juga merupakan alat kartelisasi yang kuat (misalnya, asal usul A&T sebagai sistem paten keluarga Bell, kartelisasi industri peralatan konsumen oleh GE dan pertukaran paten Westinghouse, pembentukan RCA dengan menggabungkan paten dari lima produsen radio terkemuka AS, dll.). Yang terakhir, dampak paling penting dari peraturan negara pada Era Progresif adalah memungkinkan industri oligopoli yang stabil untuk pertama kalinya dengan membatasi persaingan harga dan kualitas; Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Commission), yang selama dua dekade pertamanya menganggap penjualan di bawah biaya dan taktik perang harga lainnya sebagai “persaingan tidak sehat” sangat penting dalam hal ini.
Singkatnya, ekonomi korporasi berskala besar yang muncul pada abad ke-19 — sekali lagi — merupakan hasil ciptaan negara.
Melihat lebih jauh ke belakang, ke asal usul sistem kapitalisme itu sendiri, saya berpendapat bahwa sistem kapitalisme sepenuhnya merupakan hasil ciptaan negara. Konsentrasi kekayaan dan dominasi atas pekerja berupah tidak muncul dari pasar bebas; paksaan negara secara besar-besaran terlibat dalam penciptaannya.
Pertama-tama, dalam semua sejarah yang kita ketahui, sistem di mana alat-alat produksi sebagian besar dimiliki oleh sekelompok kecil orang kaya dan mayoritas penduduk bekerja untuk mendapatkan upah tidak lah muncul melalui proses penyortiran antara siapa yang menang dan kalah secara damai di dalam pasar yang kompetitif. Ini terjadi melalui pengerahan kekuatan berskala besar. Dan khususnya, pengambilalihan tanah yang sangat luas untuk dimiliki segelintir orang hanya terjadi melalui perampokan. Sistem kapitalisme di Eropa Barat modern awal merupakan hasil langsung dari “feodalisme busuk” di akhir abad pertengahan. Sebagian besar bangsawan pemilik tanah mengubah diri mereka menjadi kapitalis agraris. Negara-negara absolut yang baru, yang mencerminkan konstelasi kepentingan yang mencakup kelas pemilik tanah, industri pertambangan dan persenjataan, serta monopoli tuan tanah, menghapuskan hak-hak adat mayoritas petani atas tanah, dan mengubah mereka menjadi buruh pertanian upahan atau petani penyewa yang bisa diusir. Dengan pasukan militer baru, mereka secara dapat menaklukan komune kota yang bebas dan memiliki pemerintahan sendiri. Proses ini mencapai puncaknya di Inggris, menjelang Revolusi Industri, dengan penutupan Parlemen yang terdiri dari kayu biasa, lahan kering dan padang rumput, dan drama yang sama terjadi kembali dalam skala global dimulai dengan Permukiman Permanen Hastings di Bengal. Pada akhir abad ke-19, kekayaan mineral di Afrika dan Oseania telah dijarah oleh perusahaan pertambangan Barat, dan sebagian besar lahan subur terbaik diambil alih oleh pemukim Eropa.
Kekayaan kapitalis besar yang mendanai Revolusi Industri di Inggris berasal dari kaum oligark pemilik tanah Whig yang mewarisi hasil perampokan di masa lalu, dan milik para pencatut keuntungan dagang yang terkait dengan berbagai macam monopoli sewaan. Kelas pekerja industri yang bekerja di pabrik-pabrik baru dipasok oleh para petani terdahulu, yang telah secara paksa diubah menjadi proletariat yang tidak memiliki properti melalui pencurian atau penguasaan paksa lahan rakyat.
Dan bentuk institusional dari Revolusi Industri — sistem pabrik dan pengupahan — lahir melalui represi oleh polisi milik negara. Hukum Kependudukan di Inggris merupakan sistem pembatasan internal yang mencegah kelas pekerja bepergian ke Paris tanpa izin dari dari otoritas hukum. Jadi, penduduk di wilayah yang padat penduduknya tidak bisa “mengambil keputusan sendiri” untukpindah ke tempat lain untuk mencari peluang kerja yang lebih baik. Meskipun pada pandangan pertama hal ini tampaknya bertentangan dengan kebutuhan pemilik pabrik di kawasan industri utara dan barat yang berpenduduk jarang, pihak berwenang – setelah mencegah penduduk bepergian sendiri dan bernegosiasi untuk mengisi lowongan – mengisi lowongan tersebut untuk mereka sendiri dengan tujuan untuk menjual secara murah kelebihan penduduk miskin kepada pemberi kerja. Selain itu, Combination Law dan seluruh peraturan perundang-undangan negara kepolisian yang melarang masyarakat bersosialisasi secara bebas menghalangi para pekerja untuk secara bebas berserikat danmeningkatkan daya tawar mereka. Jadi negara berada dalam posisi seolaj memerintahkan bahwa pekerja hanya memiliki pilihan menerima atau meninggalkan apa pun yang ditawarkan oleh pemberi kerja, tanpa kebebasan untuk menawar upah yang lebih tinggi – dan kemudian bertindak sebagai agen tawar-menawar atas nama pemberi kerja.
Kedua, kekerasan tidak hanya terjado pasa sejarah masa lalu, baik pada era awal kapitalisme maupun revolusi industri. Ini terjadi pula pada era kita saat ini, seluruh kekayaan yang dihasilkan dari tindakan perampokan tersebut terus bertambah sepanjang era kapitalisme melalui “keajaiban bunga berbunga” – hasil dari tingkat monopoli sewa, bunga dan keuntungan yang hanya mungkin terjadi karena kelangkaan buatan dan hak milik buatan yang ditegakkan oleh negara.
Hak kepemilikan pribadi yang kodrati adalah hak atas harta benda dan hasil kerja seseorang; hal ini mencerminkan kelangkaan alamiah, dan penegakan hukum pada dasarnya merupakan akibat langsung dari tindakan kepemilikan fisik itu sendiri (menempati dan menggunakan sebidang tanah secara fisik, mempertahankan hak penyimpanan fisik atas barang-barang yang telah diproduksi, dan sebagainya). Sedangkan hak kepemilikan pribadi palsu, memungkinkan pemegangnya untuk mendapatkan sebagian dari hasil kerja orang lain, dengan menciptakan kelangkaan buatan yang tidak akan ada secara alami.Sekelompok masyarakat yang memiliki hak istimewa secara hukum, dalam kata-kata Henry George Jr., dapat menghalangi akses terhadap sumber daya alam atau mendirikan “gerbang pembayaran” untuk menggunakan barang-barang yang seharusnya bebas dan berlimpah. Contoh klasiknya adalah tuan tanah yang menguasao tanah kosong dan tidak berpenghuni lalu memungut upeti atas hak untuk menggarap atau membangun di atasnya.
Tanpa adanya kelangkaan tanah dan kredit yang dibuat-buat, dan hambatan bagi perusahaan untuk masuk ke pasar, sebagian besar keuntungan yang tersisa akan bersifat jangka pendek dan menguntungkan pencetusnya yang berasal dari “keuntungan penggerak pertama” dalam memperkenalkan inovasi atau menjadi pihak pertama yang memindahkan sumber daya ke tempat yang membutuhkan, dan akan dengan cepat dihancurkan oleh persaingan ketika perusahaan lain mengadopsi inovasi tersebut atau mengikuti batas harga yang sama. Keuntungan akan melikuidasi dirinya sendiri.
Contoh besar lainnya adalah apa yang disebut “kekayaan intelektual”, yang berarti pembatasan penggunaan tenaga kerja seseorang untuk mengubah sumber daya material yang dimilikinya karena seseorang telah “memiliki” pola yang diinginkan untuk mengelola sumber daya tersebut. Dan sejumlah undang-undang membatasi pasokan uang dan kredit kepada kelas yang memiliki hak istimewa, dan dengan demikian menjadikannya langka dan mahal secara artifisial.
Namun kategori umum mencakup semua hambatan masuk dan hambatan dalam persaingan bebas: Zoning Laws yang melindungi usaha yang sudah mapan dari persaingan usaha mikro berbasis rumahan; peraturan yang mewajibkan pengeluaran modal untuk melakukan produksi melebihi kebutuhan teknis; rezim perizinan yang membatasi jumlah penyedia layanan yang bersaing di suatu pasar atau membatasi masuknya pasar hanya kepada mereka yang mampu membayar biaya perizinan yang besar; peraturan yang tujuan utamanya adalah meningkatkan biaya memasuki pasar secara artifisial, sehingga hanya pemain besar yang dapat berpartisipasi; Kode “keselamatan” yang ditulis oleh industri memiliki tujuan utama untuk mencegah penerapan teknologi produksi baru yang lebih murah contoh yang baik adalah peraturan perumahan yang ditulis oleh kontraktor bangunan yang mengecualikan teknik pembangunan vernakular dan teknologi baru yang berbiaya rendah untuk perumahan yang dibangun mandiri, dan dengan demikian menempatkan pembangunan rumah di bawah biaya minimum untuk mendapatkan penghidupan yang nyaman)
Secara lebih luas, kategori ini mencakup semua bentuk tenaga kerja penjaga, keusangan terencana dan limbah yang disubsidi, dan semua pembatasan persaingan yang membuat pasar menjadi tempat yang nyaman bagi birokrasi yang besar dan tidak efisien dengan pungutan liar tinggi yang, dalam kata-kata Ivan Illich, meningkatkan biaya pembuatan dan pengerjaan apa pun sebesar 300% atau 400%. Dan peningkatan sebesar 300% atau 400% ini sepenuhnya dinikmati oleh sekelompok penyewa parasit. Dan hal ini mencakup “monopoli radikal,” menggunakan istilah lain dari Illich, yang membuat masyarakat bergantung secara artifisial pada produk suatu industri (contoh klasiknya adalah subsidi terhadap jalan raya dan mandat peraturan terhadap pembangunan yang meluas dan monokultur, yang membuat akses terhadap pekerjaan dan perbelanjaan menjadi tidak mungkin dilakukan dengan berjalan kaki, bersepeda, atau trem dan menjadikan mobil sebagai kebutuhan hidup.)
Dalam setiap kasus, prinsipnya adalah apa yang Thorstein Veblen sebut sebagai “serviceable disserviceability”: Mengumpulkan pungutan atas “layanan” yang tidak menghalangi produksi.
Tentu saja tidak satu pun dari hal-hal ini – yang semuanya terkait dengan transfer kekayaan dari populasi yang memproduksi dan memusatkannya di tangan sekelompok kecil pemilik modal – akan diizinkan dalam masyarakat yang didasarkan pada asosiaso sukarela dan pertukaran bebas.
Namun selain itu semua, teknologi produksi baru menjadikan perbedaan antara “berbisnis” dan “keluar dari bisnis”, atau antara “dipekerjakan” dan “menganggur”, menjadi semakin tidak berarti – dan dalam prosesnya membuat seluruh gagasan tentang sistem upah kapitalis yang muncul dari proses pemenang dan pecundang menjadi usang.
Bukan berarti penyortiran itu sendiri buruk – persaingan yang menyebabkan orang beralih dari hal-hal yang mereka tidak kuasai ke hal-hal yang mereka kuasai adalah hal yang baik, asalkan 1) tidak ada dislokasi yang kasar dan tiba-tiba; 2) masyarakat merasa nyaman dan mampu melewati masa-masa perubahan dengan nyaman; dan 3) tidak ada kelompok pecundang yang permanen.
Dan memang tidak ada alasan bagi kemungkinan adanya pecundang permanen. Pertama-tama, biaya pungutan sangat rendah sehingga memungkinkan untuk melewati periode lambat tanpa batas waktu. Kedua, dalam produksi fleksibel yang memiliki biaya pungutan rendah, dimana mesin dasar untuk produksi sangat terjangkau dan dapat dengan mudah dialokasikan kembali ke produk baru, tidak ada “bisnis” yang akan bangkrut. Semakin rendah kebutuhan modal untuk memasuki pasar, dan semakin rendah biaya pungutan yang harus ditanggung dalam periode bisnis yang lambat, semakin banyak pasar tenaga kerja yang mengambil karakter jaringan dan berorientasi proyek — seperti, misalnya, produksi perangkat lunak. Dalam perangkat lunak bebas, dan dalam industri lain yang rata-rata produsennya memiliki seperangkat peralatan lengkap dan pusat produksi terutama pada proyek-proyek yang dikelola sendiri, situasinya kemungkinan besar tidak hanya ditandai dengan masuk dan keluarnya “perusahaan-perusahaan” yang terpisah. dengan keseimbangan proyek yang terus berubah, penggabungan dan pemisahan, dan dengan agen bebas yang terus berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya. Selain itu, dalam masyarakat di mana sebagian besar penduduknya memiliki atap rumah dan dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan subsisten mereka melalui produksi rumah tangga dan berbagi atau bertukar dengan tetangga mereka, para pekerja yang memiliki alat-alat perdagangan mereka akan mampu melewati masa-masa bisnis yang lesu, dan agak pilih-pilih dalam menunggu untuk mengontrak proyek-proyek yang paling sesuai dengan preferensi mereka.
Seluruh hasil publikasi didanai sepenuhnya oleh donasi. Jika kalian menyukai karya-karya kami, kalian dapat berkontribusi dengan berdonasi. Temukan petunjuk tentang cara melakukannya di halaman Dukung C4SS: https://c4ss.org/dukung-c4ss.