Ulasan Buku: It’s OK To Be Angry About Capitalism

Oleh: Kevin Carson. Teks aslinya berjudul “Book Review: It’s OK To Be Angry About Capitalism.” DIterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Ameyuri Ringo.

Bernie Sanders. It’s OK to Be Angry About Capitalism. With John Nichols (New York: Crown, 2023).

Buku Sanders berfokus pada dua masalah yang harus dihadapi rakyat Amerika. Dia menyatakannya di awal sekali. Pertama:

Orang-orang Amerika ini [yang didominasi oleh pemilih usia muda yang mendukung pencalonan Sanders] memahami bahwa usulan yang dibuat-buat bukan lah apa yang dibutuhkan untuk menghadapi krisis besar yang tengah datang melanda. Diantara mereka muncul kesadaran bahwa negara ini memiliki memiliki masalah sistemik yang begitu dalam dan tidak cukup jika hanya diselesaikan gejala-gejala dari permasalahan tersebut. Kita perlu mencari akar permasalahannya. Kita harus menghadapi kehancuran akibat kapitalisme modern.

Namun hal ini menjadi sangat rumit karena mereka juga perlu melawan musuh kedua pada saat bersamaan:

Saat ini adalah waktu bagi kita, dengan seluruh energi kita, untuk menentang kekuatan reaksioner dan neo-fasis di negara ini yang melemahkan demokrasi Amerika dan mendorong kita menuju otoritarianisme dan kekerasan karena pengkambinghitaman mereka terhadap kelompok minoritas dan mencoba untuk memecah belah kita berdasarkan ras kita, gender kita, orientasi kita, dan etnisitas kita.

Seperti yang dinyatakan oleh Sanders, “Trump bukanlah sosok politisi normal dan ini bukan lah pemilihan yang normal.”

Saya sepenuhnya setuju dengannya dalam kedua hal tersebut. Mungkin hanya ada sedikit hal baru dalam buku ini bagi siapa pun yang mengikuti pemilihan pendahuluan Partai Demokrat pada tahun 2020 atau akrab dengan posisi politik dan retorika Sanders. Namun, dia menganalisis isu-isu dan menyatakan posisinya secara lebih rinci dalam bab-bab topikal dibandingkan yang pernah dia lakukan dalam pidato politik. Dalam bagian pertama bukunya, ia mengenang kampanye pendahuluannya, pemilihan umum, dan perannya dalam mendukung agenda Biden di Senat. Bagian kedua disusun bab demi bab berdasarkan isu-isu politik dan usulan kebijakan untuk menanganinya.

Diskusi kebijakannya, khususnya, mungkin sudah tidak asing lagi bagi siapa saja yang merupakan pendukung Sanders atau mengikuti berita politik nasional.

Inti dari bab “Billionaires Should Not Exist” persis sama dengan judulnya dan sepenuhnya benar. Ini merupakan posisi progresif standar yang menghubungkan antara konsentrasi kekayaan dan kekuasaan korporasi. Namun — seperti yang akan didiskusikan di bawah — ada banyak masalah pada pembingkaiannya. Ia juga menulis beberapa bab tentang sistem layanan kesehatan perusahaan yang berorientasi pada profit, kebijakan ketenagakerjaan dan masa depan otomatisasi, reformasi pendidikan, dan kontrol perusahaan terhadap media.

Pembingkaian Sander secara garis besar masih mengabaikan peran negara dalam kapitalisme. Sebagai contohnya, bab “Billionaires Should Not Exist” berulang kali menggunakan frasa klasik “kapitalisme yang tidak terkendali” dan berfokus pada pemajakan kekayaan sebagai cara untuk memastikan miliarder tidak pernah ada.

Sekarang, selama kapitalisme masih ada, saya akan lebih memilih kapitalisme negara versi New Deal atau Sosial Demokrat daripada kapitalisme negara versi Reagan-Thatcher. Namun sekedar memajaki kekayaan para miliarder tidaklah cukup, seperti yang Sanders jelaskan di awal buku ini yang membahas “masalah sistemik” atau “akar masalah”; ini merupakan sebuah bentuk ambisius dari “usulan yang dibuat-buat”.

Tidak ada yang namanya “kapitalisme yang tidak terkendali”, dan tidak akan pernah ada — yang ada adalah “feodalisme yang tidak terkendali” atau “ekonomi perbudakan latifundia yang tidak terkendali.” Mayoritas kekayaan miliarder dan keuntungan besar korporasi berasal dari antara subsidi langsung dari pemerintah atau dari rente ekonomi atas hak kepemilikan artifisial, kelangkaan buatan, dan hambatan masuk yang diciptakan negara.

Jadi ungkapan “pikirkan kembali kepatuhan kita pada sistem kapitalisme yang tidak terkendali” sama dengan tindakan menutup mata kita terhadap inkrementalisme yang Sanders klaim ia tentang. Pada dasarnya, penggunaan ungkapan ini menyesatkan kita dengan membuat kita percaya bahwa konsentrasi kekayaan dan kekuasaan korporasi adalah fenomena yang bersifat spontan yang terjadi di dalam “pasar bebas” ketika negara tidak secara aktif mencegahnya, dan juga menyesatkan kita dengan hanya memunculkan kebijakan redistribusionis sebagai solusi tunggal.

Karena harta kekayaan para miliarder tidak diperoleh melalui hasil kerja keras mereka, maka sebuah sistem yang memungkinkan miliarder untuk lahir dan kemudian dipajaki kekayaan sejatinya adalah sistem yang gagal. Daripada memajaki para miliarder, bukankah lebih baik jika kita membongkar secara sistematis struktur yang memungkinkan para miliarder ini muncul?

Kita harus secara radikal mengurangi dan kemudian menghapuskan secara sepenuhnya kekayaan intelektual – khususnya paten, yang merupakan instrumen hukum utama dalam membatasi perdagangan internasional dan menjadikan proses produksi terbatas hanya di dalam tembok-tembok gedung korporasi. Kita harus menghancurkan kekuasaan para tuan tanah dan majikan-majikan dan kemudian menggantikannya dengan sistem pertanahan komunitas dan pengelolaan sumber daya ala Elinor Ostrom. Kita harus menghapuskan monopoli hukum yang memungkinkan sekelompok orang kaya untuk menimbun kekayaan dan memonopoli kredit dan investasi. Dan kita harus menghapuskan pula subsidi besar-besaran terhadap transportasi jarak jauh dan ekstraksi energi, yang memfasilitasi rantai pasokan dan skala produksi jauh melampaui dampak negatif jika semua biaya diinternalisasikan.

Dan semua hal ini harus dicapai melalui aksi langsung dari akar rumput, seperti aksi pendudukan terhadap properti para tuan tanah, pekerja mengambil alih dan mengendalikan pabrik, situs berbagi berkas gratis, dan peretas perangkat keras membuat kekayaan intelektual tidak dapat diterapkan, dll., alih-alih mengandalkan kebijakan negara.

Sekarang coba bayangkan seseorang berpidato bahwa kita perlu mengatasi masalah struktural dari feodalisme dan menyelesaikannya dari akarnya — dan kemudian mengusulkan agar sewa tanah feodal dikenakan pajak atau hari kerja para petani di wilayah kekuasaan para tuan tanah dibatasi, alih-alih menghapuskan hak atas tanah feodal dan memberikan tanah tersebut kepada para petani. Saya kira kehidupan para petani akan menjadi lebih baik setelahnya; apa yang terjadi adalah bentuk pendekatan Rube Goldberg, yang mencoba untuk mengendalikan penyalahgunaan kekuasaan dari para tuan tanah, alih-alih mencabut kekuasaan tersebut.

Pendekatannya terhadap reformasi layanan kesehatan juga menunjukkan kurangnya visi. Fokusnya hampir seluruhnya pada aspek pembiayaan layanan kesehatan, yaitu Medicare for All, dengan mengorbankan kualitas layanan (terutama masalah tata kelola). Mewajibkan rasio staf yang aman, menegosiasikan harga obat-obatan, dan lain-lain, adalah cara-cara untuk membatasi penyalahgunaan dari atas dan luar sistem, setelah kalian menyerah dengan menerima tata kelola internal oleh hierarki perusahaan nirlaba.

Menggeser pembiayaan jaminan kesehatan dari asuransi privat menjadi dibiayai negara melalui pajak tentu akan meringankan beban mereka yang keberatan dengan biaya premi di tingkat individu. Namun itu tidak membantu menyelesaikan permasalahan biaya sebenarnya dari sistem, dan hanya mengalihkannya. Keuntungan dan pengeluaran asuransi kesehatan jauh lebih penting dibandingkan biaya sistem pemberian layanan itu sendiri – biaya administrasi dan pengeluaran yang membengkak, kompensasi manajer senior, hak kekayaan intelektual, dan sewa monopoli lainnya, dll.

Pada akhirnya, sistem ini perlu didesentralisasi secara radikal jika memungkinkan secara teknis. Hirarki birokratik (entah dalam perusahaan nirlaba maupun organisasi non-profit) perlu digantikan oleh tata kelola keorganisasiaan kooperatif, dan biaya peralatan medis yang mahal dapat dikurangi semaksimal mungkin melalui sumber-sumber open-souce seperti Open Source Ecology telah berhasil mengintervensi produksi alat manufaktur mikro.

Mengenai kebijakan perburuhan, Sanders menggunakan istilah “radikal” dan “menemukan akar permasalahan” untuk dalam konteks kebijakan ala FDR dan CIO. Sangat aneh melihat seseorang yang menyebut diri sebagai demokratik sosialis nampaknya tidak mengetahui analisis kiri mengenai kebijakan perburuhan New Deal — sebuah analisis yang memposisikan fungsi utama serikat sebagai pengontrol para buruh dan menjaga hak para manajer. Saya tidak meragukan sama sekali bahwa serikat pekerja yang kuat, dengan tingkat keanggotaan hingga 67% dan upah pekerja restoran hingga $20/jam seperti di Denmark akan menjadikan kapitalisme jauh lebih dapat ditoleransi oleh para kelas pekerja; memberikan pilihan antara model kapitalisme saat ini atau kapitalisme dengan serikat pekerja yang kuat, jelas Saya akan memilih yang terakhir. Namun kebijakan perburuhan yang hanya sampai situ saja, bukanlah kebijakan yang demokratis dan sosialis.

Agar adil, Sanders menyebut “menghilangkan hambatan atas kepemilikan pekerja” dan keterwakilan pekerja di dewan perusahaan — namun hanya sebagai langkah ketiga, yang harus dilakukan ketika seluruh tenaga kerja telah terserap dan pembentukan serikat pekerja.

Dan meskipun ia menyerukan kebijakan yang dapat mengatasi permasalahan terkait kemajuan teknologi dan memungkinkan pekerja untuk memperoleh manfaat dari peningkatan produktivitas, gagasannya mengenai “jaminan pekerjaan” — “upah pekerja yang layak” — adalah kebalikan dari apa yang dibutuhkan untuk menangani berbagai permasalahan yang ada saat ini. Ini adalah bentuk kemunduran ke era pekerjaisme industri pada pertengahan abad ke-20.

Dan lagi, agar adil, ia sebenarnya telah mendorong hal-hal seperti memperpendek jam kerja dan mempromosikan demokrasi di tempat kerja; namun ini semua dimunculkan setelah diskusi panjang mengenai “memajaki robot” dan menggunakan uang hasil pemajakan tersebut untuk “melatih ulang para pekerja.” Penekanannya harusnya sebaliknya: secara aktif merayakan otomatisasi, menghilangkan sebanyak mungkin pekerjaan yang tidak diperlukan (bulshit jobs dalam istilah Graeber, subsisi produksi limbah, dll), dan kemudian melihat pekerjaan apa yang tersisa — idealnya sesedikit mungkin — dan kemudian didistribusikan secara merata kepada para pekerja dan diupah secara layak.

Juga sangat ironis ketika ia menyebutkan Sunrise Movement dan Green New Deal sebagai contoh bagaimana kelas pekerja harus bertindak dalam proses “transisi energi hijau”, karena jaminan pekerjaannya bertentangan dengan degrowth yang sebenarnya kita butuhkan untuk menghindari kehancuran planet ini. Memanfaatkan peningkatan produktivitas dari teknologi baru dengan cara yang tepat untuk dapat menguntungkan kelas pekerja memerlukan penghapusan secara massal atas bullshit jobs, dan penghapusan atas semua jenis subsidi — disertai dengan pengurangan minggu kerja tanpa pemotongan gaji. Pada akhirnya, hal ini memerlukan pemisahan konsumsi dari “pekerjaan”.

Selain advokasi kepemilikan pekerja melalui rencana ESOP dan perwakilan pekerja di dewan perusahaan, serta isu mengenai perwalian lahan masyarakat serta advokasi untuk lebih banyak perumahan publik, usulan Sanders hampir seluruhnya mendukung FDR. Dia mirip seperti politisi lain seperti Jeremy Corbyn.

Corbyn merupakan perubahan radikal dari manajerialisme pemerintahan Atlee pada pertengahan abad ke-20, yang di bawah kebijakan nasionalisasi Herbert Morrison, tidak mengubah apa pun selain nasionalisasi atas kepemilikan industri sambil tetap mempertahankan model manajemen perusahaan yang hierarkis. Hal ini juga merupakan perubahan dari pendekatan lama terhadap perumahan umum, yang menjadikan masyarakat sebagai klien yang tidak berdaya dari para manajer birokrasi lokal. Di hampir setiap bidang kehidupan publik, ia mengusulkan penggantian kontrol birokrasi dan manajerial dengan tata kelola pemangku kepentingan dan manajemen mandiri yang demokratis.

Dari seluruh pembicaraannya mengenai demokrasi ekonomi, Sanders sama sekali tidak pernah menyebutkan salah satu fenomena terpenting kaum Kiri dalam beberapa tahun terakhir: gerakan-gerakan munisipalitas baru seperti pertumbuhan M15 di Madrid dan Barcelona, ​​​​Preston di Inggris, gerakan Evergreen di Cleveland, Cooperation Jackson, dan ratusan gerakan serupa di seluruh dunia.

Masalah lainnya adalah Sanders terlalu fokus pada elektoralisme dan mengabaikan hal lainnya. Bahkan ketika ia membahas pengorganisasian akar rumput dan politik “bottom-up”, hampir seluruhnya dalam konteks mempengaruhi hasil pemilu.

Dengan banyaknya perwakilan masyarakat pedesaan di Senat dan banyaknya keterlibatan Partai Republik di tingkat negara bagian, sistem politik Amerika sengaja dibuat bertentangan dengan agenda-agenda radikal. Dan di separuh negara tersebut, setiap upaya lokal untuk berpikir di luar kebiasaan selalu dihalangi oleh badan legislatif negara bagian yang reaksioner (misalnya, pembatasan reformasi kota di Austin, Texas dan Jackson, Mississippi). Namun bukan berarti tidak masuk akal akan terjadi pergeseran demografi ke arah kiri, ketika generasi Milenial dan Zoomer menjadi mayoritas pemilih, akan mengurangi ancaman neofasisme dan membuat gagasan Sanders lebih diterima secara politik. Namun ketika kita sampai pada titik kritis, di mana setidaknya ada mayoritas yang tidak dapat dihalangi di tingkat nasional dan undang-undang hak pilih telah diperkuat, Partai Republik yang semakin fasis telah memperkuat dirinya untuk berkuasa di sebagian besar wilayah negara.

Selama masa itu, upaya-upaya elektoral harus menambah kekuatannya dengan membangun aliansi bersama gerakan-gerakan akar rumput yang secara aktif membangun masyarakat pasca-kapitalisme di luar negara: aksi pendudukan, serikat pekerja radikal, pertahanan diri komunitas, institusi kontra-ekonomi, dan lain-lain. Dan upaya-upaya elektoralisme akan lebih kuat dalam melawan upaya-upaya fasis untuk membatalkan pemilu jika mereka secara aktif mendapatkan dukungan dari mereka yang terlibat dalam perencanaan pemogokan sewa, utang, dan logistik, serta bentuk-bentuk tindakan langsung lainnya untuk menggagalkan upaya kudeta dan menjadikan mustahil bagi kaum fasis untuk mempertahankan kekuasaan. Omong kosong tentang buku kewarganegaraan saja tidak cukup untuk menghentikan mereka.

Bernie Sanders berada jauh di depan dibandingkan banyak tokoh politik yang bertanding di perebutan nominasi president Partai Demokrat 2016 dan 2020. Namun bagi seseorang yang banyak berbicara tentang cara-cara baru dalam melakukan sesuatu dan melakukan perubahan struktural yang radikal, ia masih membatasi dirinya pada cara berpikir lama hingga tingkat yang mengecewakan.

Seluruh hasil publikasi didanai sepenuhnya oleh donasi. Jika kalian menyukai karya-karya kami, kalian dapat berkontribusi dengan berdonasi. Temukan petunjuk tentang cara melakukannya di halaman Dukung C4SS: https://c4ss.org/dukung-c4ss.

Anarchy and Democracy
Fighting Fascism
Markets Not Capitalism
The Anatomy of Escape
Organization Theory