Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Oleh: Kevin Carson. Teks aslinya berjudul “What Can We Do?” Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Ameyuri Ringo.

Dalam jangka pendek, fokus kita harus pada apa yang telah kawan William Gillis dari C4SS diskusikan delapan tahun lalu pasca kemenangan periode pertama Trump: Meminimalisir paparan terhadap bahaya dan membangun infrastruktur untuk dukungan, perlindungan, dan mutual-aid. Kelly Hayes meringkas pendekatan ini dengan baik, dengan menyatakan bahwa protes massa dan pembangkangan simbolis murni hanya memiliki sedikit manfaat; alih-alih ia kemudian merekomendasikan agar perlawanan “dilakukan dalam kehidupan harian kita sehari-hari.”

Beberapa pembangkangan mungkin akan sangat nampak, namun ada banyak pula bentuk pembangkangan yang tidak akan cukup terlihat — seperti pekerja medis yang menolak membantu proses kriminalisasi pasien — mungkin memiliki potensi untuk menyelamatkan seseorang dan menghentikan kekerasan negara…

Ada banyak tindakan perlawanan yang dapat dan harus kita lakukan yang meminimalisir resiko hukum dan penangkapan. Banyak orang yang akan membantu orang-orang yang tengah mencari akses perawatan kesehatan, termasuk akses aborsi, yang dilarang di banyak kawasan. Para imigran tidak berdokumen dan individu-individu yang rawan menjadi sasaran kekerasan akan diberikan penampungan dan perlindungan. Para gelandangan dan orang-orang yang terusir dari tempat tinggalnya perlu untuk dilindungi. Bangunan-bangunan harus diambil alih. Stok kebutuhan hidup akan dibebaskan dan didistribusikan kembali. Upaya pertahanan komunitas pasti akan semakin berkembang dan terbentuk. Jaringan solidaritas dan proyek gotong royong akan menyatukan lingkungan dan masyarakat, segera setelah orang-orang mengalami kekerasan akibat kebijakan penghematan dan kekacauan dari Trumpisme, dan beberapa tindakan tersebut dilakukan diluar koridor hukum yang ada. Kita semua akan memiliki bagian untuk berpartisipasi, dan keberanian apapun yang dapat kita kerahkan atau dikembangkan dalam kolektivitas, akan sangat dibutuhkan…

Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membentuk dan memperkuat kelompok kecil yang adaptif untuk dapat mengambil tindakan dan mengurangi resiko, sembari berkomunikasi dengan aman dan mengambil berbagai tindakan pencegahan untuk mencegah penangkapan atau paparan publik…

Refleksi mengenai kekuatan komunitas, kawanku Shane Burley, penulis dari Fascism Today, Why We Fights, dan penulis kedua dari Safety Through Solidarity, baru-baru ini berkata kepadaku, “Sebuah komunitas yang kuat adalah yang menjaga orang-orangnya tetap aman di era kritis, dan bisa sesederhana unik kecil, kelompok otonom dari teman-teman terpercaya yang dapat saling diandalkan ketika keadaan bertambah buruk. Jenis hubungan seperti ini merupakan inti utama dari upaya untuk tetap aman saat penindasan oleh negara semakin buruk, tapi juga bagian penting dari proses penciptaan model jenis hubungan dalam membangun masyarakat baru.”…

Ada banyak cara bagi kita untuk dapat saling mendukung dan bersiap untuk membantu dan melindungi satu sama lain di bulan dan tahun mendatang. Perlu diingat bahwa orang-orang yang terorganisir dengan baik, dengan komunikasi dan praktik budaya keamanan yang baik, dapat belajar bersama dan beradaptasi dengan cepat seiring dengan perkembangan situasi. Kita harus berhati-hati, saling peduli, dan berstrategi dalam gerakan kita.

Namun dalam jangka panjang, kita perlu pula mengatasi permasalahan struktural yang mengakibatkan kita berada dalam situasi ini, dan berfokus pada pembangunan infrastruktur sosial dasar yang dibutuhkan untuk melindungi dan mendukung kita dalam melalui masa-masa sulit yang akan datang serta menjembatani jalan menuju masyarakat masa depan yang lebih adil dan manusiawi.

Infrastruktur pasca-kapitalisme yang kuat di tingkat lokal — swakelola, kepemilikan bersama, dan demokrasi langsung — yang menyediakan sarana alternatif mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan serta melindungi masyarakat miskin dan pengangguran dari ketidakpastian sistem upah, akan menjadi cara untuk bertahan hidup saat ini di bawah kapitalisme dan merupakan dasar dari masyarakat baru. Apa yang kita butuhkan adalah sebuah ekosistem yang utuh dari institusi tandingan pada level lokal, seperti yang diupayakan oleh Cooperation jackson dan gerakan-gerakan munisipalis di berbagai kota di Eropa seperti Madrid dan Spanyol: kampanye keadilan sosial komunitas, federasi buruh lokal, media alternatif lokal, lokakarya komunitas, tempat tinggal bersama, perpustakaan bersama, perwalian tanah komunitas, aksi pendudukan, persatuan penyewa, taman komunitas, shelter gelandangan dan dapur umum, mata uang lokal dan koperasi simpan pinjam, jaringan pekerja dan produsen swakelola, patroli pemantau, dan lain-lain.

Ekosistem institusi komunitas seperti diatas bukan saja akan menjadi benih bagi masyarakat bebas di masa depan, masyarakat bebas saat ini, tapi juga sumber ketahanan lokal terhadap keruntuhan ekonomi dan penindasan negara dan polisi.

Aku perlu memberi catatan disini sebelum kita berlanjut semakin jauh, bahwa Saya menulis dari posisi sebagai anarkis sekaligus pendukung elektoralisme yang tidak menyesal dan “lesser-evil”. Yang dalam istilah Erik Olin Wright, pandanganku ini disebut sebagai proses transisi menuju masyarakat pasca-kapitalis dan pasca-negara — atau menuju masyarakat yang less kapitalis dan statis — akan terjadi secara interstitial daripada ruptural. Dimana hal tersebut akan terjadi sebagai sebuah proses yang yang bertahap dan muncul secara tiba-tiba, dimana masyarakat masa depan akan lahir dari kesatuan berbagai macam benih dicelah-celah masyarakat yang ada saat ini dan kemudian menggantikannya. Proses transisi ini tidak akan dicapai hanya melalui revolusi atau merebut kekuasaan dari negara, tapi juga melalui institusi-institusi tandingan yang muncul sejak hari ini di tengah-tengah kita sebagai cara untuk bertahan di tengah krisis dalam sistem yang ada saat ini.

Mereka yang menolak elektoralisme dan lesser-evilism memiliki pandangan yang keliru mengenai peran dari politik elektoral bagi kaum anarkis dan anti-kapitalis. Tujuannya bukanlah untuk mengambil alih kontrol terhadap negara dan menerapkan transisi pasca-kapitalis melalui kebijakan nekara, tapi sesederhana untuk memilih antara kandidat yang memiliki latar belakang yang paling tidak buruk diantara kandidat yang tersedia sehingga memungkinkan proses pembangunan masyarakat pasca-kapitalisme. Proses itu sendiri — tujuan utama kita — adalah proses pembangunan interstisial itu sendiri.

Setiap argumen yang Saya lihat mengenai penentangan terhadap elektoralisme dan lesser-evilism terkurung dalam antara akselerasionisme, atau kecaman Stalin pada Periode Ketiga terhadap Partai Sosial Demokrat sebagai “fasis sosial.” Saya belum pernah melihat skenario yang masuk akal untuk yang pertama, atau apa pun selain hanya “melambaikan tangan”. Yang terakhir — menyamakan neoliberalisme korporatis yang sentris dan lembek dengan fasisme yang sebenarnya — mencerminkan kurangnya kontak dengan realitas. Dan dalam praktiknya, para penganut filosofi “semua kandidat sama buruknya” ini jelas sangat jauh dari realita; mereka biasanya berakhir dengan terjebak dalam lubang kelinci red-brown communism Jimmy Dore atau MAGA, dan menegaskan bahwa walaupun para “liberal sampah” adalah “fasis sejati,” mungkin ada harapan untuk menemukan titik temu dengan Nazi.

Jadi saya berasumsi bahwa negara akan tetap bertahan selama sebagian besar proses transisi; maka, negara merupakan sebuah realita dimana kita harus terlibat secara strategis seperti berbagai realitas lainnya. Lebih lanjut, kontrol negara oleh kekuasaan liberal akan lebih menguntungkan dibandingkan kontrol oleh rezim fasis — bukan hanya mengenai kondisi penderitaan manusianya, tapi juga sebagai landasan yang lebih memudahkan dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

Sayangnya, Demokrat justru melakukan berbagai blunder besar sehingga menyabotase kemungkinan bagi mereka untuk dapat menarik pemilih dari kelas pekerja dan kelas menengah. Kebijakan ritel progresif — hal-hal konyol seperti keringanan pajak kredit bagi sekelompok orang — tidak akan berpengaruh apa pun terhadap persepsi publik kecuali jika visi tersebut digabungkan menjadi sebuah visi sistemik yang lebih besar.

Meskipun hal ini jelas diperlukan pada tingkat politik nasional, namun hal ini tidak relevan dengan pertimbangan kita saat ini; Transformasi apa pun yang dilakukan Partai Demokrat di tingkat nasional kemungkinan besar hanya akan terjadi akibat perubahan generasi dan pengaruh kuat dari konstituen akar rumput. Dimana anarkis dapat secara efektif memberikan pengaruh kita pada level munisipal atau lokal.

Ekosistem institusi lokal yang kita butuhkan untuk bertahan hidup dan berkembang juga sesuai dengan apa yang diupayakan oleh banyak orang di kubu progresif atau spektrum sayap kiri Partai Demokrat, berdasarkan pengamatan mereka pasca pemilu.

Dalam The Nation, Pete Davis mengutip karya akademisi Theda Skocpol, yang menghubungkan kegagalan Partai demokrat sebagai akibat dari keruntuhan “ekosistem sipil.”

Pada awal abad ke-20, menurut Skocpol, kehidupan masyarakat sipil kebanyakan berada dalam organisasi kemasyarakatan perkumpulan keagamaan, serikat pekerja, organisasi persaudaraan (seperti Rotary Club), dan kelompok politik seperti NAACP atau League of Women Voters. Kelompok-kelompok ini dibuat dari berbagai grup lokal yang menyelenggarakan rapat-rapat langsung, mengadakan kegiatan tahunan di lingkungan sekitar, mendorong pertemanan antar anggota, dan berkontribusi pada lingkungan dimana mereka tinggal. Grup-grup ini kemudian diorganisir (atau terfederasi) ke dalam konvensi dan komite level provinsi maupun negara. Dengan menggabungkan partisipasi lokal dengan koordinasi terpusat, kepemimpinan nasional dan keanggotaan lokal dapat mengkomunikasikan ide, perhatian, mandat, dan saling memberi perintah maupun sebaliknya.

Namun masyarakat sipil Amerika dengan segera berubah pada pertengahan abad ke-20. Dimana komunikasi massal menjadi lebih mudah dan pemimpin gerakan sipil jatuh hati pada kampanye penggalangan dana melalui surat. Politik federal menjadi lebih rumit, dan sekelompok kelas aktivis profesional yang mengetahui keluar masuk advokasi legislatif mulai memprofesionalisasikan hal tersebut di Washington DDC. Grup nasional mulai merekrut konsultan “manajemen donor” dan “hubungan keanggotaan” untuk mendapatkan lebih banyak sumbangan, suara, dan tanda tangan dukungan dari masyarakat biasa. Organisasi sipil mulai bertanya-tanya mengapa mereka repot-repot dengan semua kegiatan lokal dan pembangunan komunitas seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Tak lama kemudian, kata Skocpol, “keanggotaan” tidak lagi berarti bertemu dengan tetangga; tetapi berarti berada dalam sebuah daftar — daftar orang-orang yang akan mengirimkan cek kepada para manajer nasional di pusat-pusat kekuasaan dengan imbalan stiker mobil, laporan tahunan, dan ajakan untuk sesekali terlibat dalam kampanye seperti kampanye door-to-door, menelepon, atau menulis surat.

Selama dekade dimana transisi ini terjadi, ekosistem sipil Amerika kemudian runtuh… Dan secara signifikan, jutaan orang Amerika berhenti merasakan bahwa kehidupan publik adalah sesuatu yang mereka ciptakan bersama dan mereka miliki bersama.

Partai Demokrat terseret dalam transisi sipil ini. Saat ini, partai tersebut hampir secara eksklusif berfokus pada kampanye pemilihan umum dan optimalisasi… pada mobilisasi jangka pendek (menarik sumbangan dan kerja sukarela dari anggota saat ini) daripada untuk pengorganisasian jangka panjang….

Demikian pula, Ned Resnikoff mencatat bahwa bagi Partai Demokrat, “penjangkauan langsung hampir selalu berarti “permainan lapangan” atau upaya mengajak masyarakat untuk memilih (GOTV). Namun, GOTV tidak dimaksudkan untuk membangun kembali atau memperkuat keterikatan sosial; ini adalah bentuk penjualan langsung, yang mengandalkan interaksi singkat dan berorientasi pada tujuan dengan para pemilih.”

Davis menawarkan resep perbaikan untuk Demokrat dengan membangun kembali infrastruktur sipil lokal mereka melalui cara-cara seperti kartu keanggotaan, tetua lingkungan, balai pertemuan, dan mutual-aid (misalnya bantuan bencana, sukarelawan di tempat penampungan tunawisma, panitia penyambutan, dan pesta ketetanggaan). Resnikoff mengusulkan pusat-pusat komunitas yang menyelenggarakan malam film, menyediakan makanan gratis untuk anak-anak dengan cara yang seperti yang telah dilakukan oleh Black Panthers, dll.

Sharon Kuruvilla, yang juga menggunakan karya Skocpol sebagai titik tolak, secara lebih ambisius, menyerukan kepada Partai Demokrat untuk “menghidupkan kembali serikat pekerja dan menciptakan ruang-ruang sipil baru,” dan merujuk pada Partai Sosial Demokrat di Austria dan Jerman, “di mana terdapat seluruh ekosistem yang terlibat dengan keanggotaan partai.”

Demokrat, sejujurnya, cukup buruk dalam hal menerapkan langkah-langkah ekonomi populis di tingkat negara bagian dan lokal. Kita perlu melihat saja California, di mana — terlepas dari reputasi negara bagian itu di kalangan sayap kanan sebagai “Republik Rakyat” — kebijakan perumahan disana mencerminkan pengaruh kuat dari para tuan tanah dan spekulan real estat, dan pengusiran tunawisma yang brutal kerap terjadi.

Kaum Demokrat yang ada saat ini tidak akan mampu menciptakan lingkungan institusi lokal atas inisiatif mereka sendiri, setidaknya sampai terjadi perubahan generasi yang menyeluruh dan pergeseran ke kiri dalam kepengurusan Partai. Jadi jika itu dilakukan, itu harus dilakukan untuk mereka.

Menciptakan infrastruktur sipil lokal adalah, menurut kita, merupakan sebuah sarana untuk membangun masyarakat masa depan dengan cangkang dari masa lalu; berbagai keuntungan elektoral lainnya adalah pertimbangan kedua. Namun, memang benar bahwa hal itu juga memenuhi spesifikasi Kuruvilla dan lainnya.

Tapi infrastruktur ini tidak akan dibangun atau didanai oleh inisiatif Demokrat, meskipun jika mereka punya akal sehat, Demokrat akan melihat betapa pentingnya infrastruktur ini bagi masa depan politik mereka. Karena Demokrat sangat buruk dalam melakukan hal ini, maka itu harus dilakukan oleh orang lain, dan kemudian mereka harus dipaksa untuk bersekutu dengan orang-orang yang benar-benar melakukan berbagai hal di lapangan. Tapi jika anarkis dan orang-orang kiri membangunnya secara sendirian, kita akan berada dalam posisi untuk memberi tahu kaum Demokrat, yang pada dasarnya, “ikutlah dengan kami jika kalian ingin hidup” — yaitu, gunakan infrastruktur sipil yang sudah kami buat untuk memobilisasi mereka, dengan mengorbankan campur tangan politik mereka yang terus-menerus atas nama kita dan memberi kita ruang bernapas untuk membangun.

Konstruksi interstisial merupakan inti dari strategi kami, dengan atau tanpa elektoralisme. Dan suka atau tidak, di masa mendatang hasil politik elektoral akan memiliki dampak yang mendalam pada seberapa sulitnya melakukan hal-hal ini. Kita mungkin juga memanfaatkan upaya kita untuk mengamankan hasil yang sebaik mungkin.

Seluruh hasil publikasi didanai sepenuhnya oleh donasi. Jika kalian menyukai karya-karya kami, kalian dapat berkontribusi dengan berdonasi. Temukan petunjuk tentang cara melakukannya di halaman Dukung C4SS: https://c4ss.org/dukung-c4ss.

Anarchy and Democracy
Fighting Fascism
Markets Not Capitalism
The Anatomy of Escape
Organization Theory