Oleh: David S. D’amato. Teks aslinya berjudul “The Biggest, Baddest Gang in Town.” Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Ameyuri Ringo.
Aku tinggal di Chicago, dimana kekerasan oleh polisi telah menjadi hal biasa yang terjadi setiap harinya, terutama menyasar komunitas kulit hitam, menghancurkan hidup dan keluarga mereka. Para elit kulit putih yang ku kenal kebanyakan tinggal di lingkungan elit, di dalam gedung-gedung tinggi di pusat atau pinggiran kota yang aman dari kekerasan namun kerap terpapar berita mengenai kekerasan, sehingga seringkali dengan mudah menyalahkan keberadaan gangster atas berbagai kekerasan yang terjadi. Namun sebenarnya ada satu geng jalanan Chicago lain yang paling kejam, dengan ciri khas baju biru dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan kota-kota lain, dan tidak ada satupun orang yang membicarakannya.
Pembahasan mengenai kekerasan oleh polisi kerap kali dibingkai dalam dikotomi yang memisahkan antara “polisi baik” dan “polisi jahat”, yang mereduksi munculnya pertanyaan mengenai bagaimana kita dapat menangani kasus-kasus yang ada. Dalam pola pandang seperti ini, kekerasan polisi dilihat sebagai fenomena kecil, kejadian yang jarang terjadi dan lebih sering diakibatkan oleh faktor “oknum”. namun tidak melihat pada kelemahan yang ada dan melekat pada lembaga kepolisian itu sendiri. Cocokkan beberapa hal dengan hal lain, dengan teori something, dan “selesai.”
Namun sejatinya kekerasan polisi hanya memiliki sedikit hubungan dengan keunikan karakter dari setiap individu polisi. Sebaliknya, hal ini merupakan gejala dari kerapuhan struktural yang menciptakan sistem kerja yang buruk dan memungkinkan para polisi untuk tidak dihukum saat melakukan pelanggaran, membuatnya berada layaknya diluar sistem hukum yang mengikat kita semua. Mereka semakin termiliterisasi dan bermusuhan dengan masyarakat yang harusnya mereka lindungi, lembaga kepolisian sebagai institusi lah yang menjadi akar masalah sebenarnya. Permasalahan mengenai polisi tidak bisa direduksi dengan hanya masalah mengenai polisi baik atau jahat, sama halnya dengan berbagai masalah politik, yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengatasi politisi jahat dan baik.
Lembaga kepolisian melakukan monopoli, yang berarti mencurangi konsumennya, sesuatu yang telah dijelaskan oleh Benjamin Tucker sebagai “memberikan racun sebagai ganti dari nutrisi.” Sebagai pelaku monopoli, kepolisian dilindungi oleh hukum yang ada dari berbagai kemungkinan kompetisi, yang merupakan satu-satunya cara yang efektif untuk memastikan mereka tidak dapat mengeksploitasi dan merugikan konsumennya, masyarakat yang mereka “lindungi dan layani”. “Negara”, menurut Tucker, “ mengambil keuntungan dari monopoli atas pertahanan untuk melakukan kekerasan alih-alih perlindungan.” Dan pelanggannya harus membayar hak istimewa atas perbudakan diri mereka sendiri.
Anarkis pasar percaya bahwa perlindungan dari kejahatan merupakan komponen penting dari masyarakat bebas. Sayangnya, kepolisian justru melakukan lebih banyak kejahatan dibanding yang mereka hentikan, membunuh lebih banyak orang dibandingkan jumlah polisi yang terbunuh, sehingga mereka justru mengganggu kita semua, layaknya kekuatan asing yang tengah menjajah. Dengan mempersenjatai para petugas polisi di kota kita dengan berbagai senjata militer, telah menjauhkan mereka dari prinsip akuntabilitas, dan membuat berbagai pelanggaran mereka dilihat sebagai prestasi dan keberanian dari “pahlawan tanpa tanda jasa”, kita sebenarnya tengah menciptakan kebiadaban dan kekerasan yang akan terus berulang.
Budaya pemujaan terhadap militer dan keamanan nasional oleh masyarakat Amerika telah mengubah pola pandang masyarakat dalam memandang kepolisian, memalingkan kita dari budaya Amerika yang begitu menjunjung tinggi kebebasan sipil. Kita sekarang hanya pasrah pada intimidasi, penilangan, pelecehan, penggeledahan, dan penangkapan tanpa alasan. Kita tidak hidup di “negara bebas” – dan memang sebenarnya sudah lama tidak. Polis bukan lah pelindung kita, melainkan merupakan alat penindas yang biadab, instrumen kelas yang dimaksudkan untuk menjaga masyarakat agar tetap terkendali, tenang, tidak banyak bertanya, dan melakukan apapun yang diperintahkan.
Seluruh hasil publikasi didanai sepenuhnya oleh donasi. Jika kalian menyukai karya-karya kami, kalian dapat berkontribusi dengan berdonasi. Temukan petunjuk tentang cara melakukannya di halaman Dukung C4SS: https://c4ss.org/dukung-c4ss.