Oleh: James C. Wilson. Teks aslinya berjudul “What if Your Child Was Trans?” Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Iman Amirullah.
Saya telah bertahun-tahun mengadvokasi hak-hak trans, termasuk hak-hak trans remaja dan orang tua mereka, dengan pendampingan dokter, untuk memilih jenis layanan kesehatan yang mereka butuhkan. Saya melihat kebebasan ini sebagai bentuk menyelamatkan kehidupan.
Meskipun begitu, saya berasal dari latar belakang konservatif, dimana sejauh yang saya tahu, banyak orang yang akan tidak setuju terhadap pandangan saya ini. Semua orang yang pernah terlibat dengan gerakan libertarianisme selama dekade terakhir tentu akan kerap menemui orang-orang transfobik dan reaksioner. Oleh sebab itu, saya kerap mendapat pertanyaan, yang sering kali bersifat menyindir, tentang bagaimana saya akan menghadapi anak yang menderita disforia gender. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah kamu akan mendorong mereka untuk mengidentifikasi mereka sesuka diri mereka sendiri dan mendaftarkan mereka pada puberty blocker begitu ia menginginkannya?” atau “Apakah aku akan dapat menerima jika anakku melakukan operasi pengubahan jenis kelamin pada usia yang sangat muda?” Saya akan lebih memilih untuk menjawab pertanyaan ini melalui diskusi tentang apa yang akan saya lakukan dan tidak akan saya lakukan.
Jika saya merupakan ayah dari seorang anak, yang sedari lahir kukenal sebagai seorang laki-laki, dan kemudian anak ini pada usia lima tahun, merasa atau menginginkan dirinya menjadi seorang perempuan, apa yang akan kulakukan? Jika ini hanya terjadi sekali saja atau dalam fase singkat, saya mungkin berasumsi dia sedang menguji reaksi saya, melakukan eksperimen pikiran, mencari perhatian, atau dimotivasi oleh rasa cemburu terhadap teman-teman wanitanya. Ini mungkin memicu perbincangan dengannya, tapi saya ragu saya akan bereaksi keras, dan kemungkinan besar akan terlupakan dalam satu atau dua hari.
Namun, jika anak ini memiliki keyakinan yang kuat, ngotot, dan konsisten untuk menyatakan bahwa ia adalah seorang perempuan dan terus-menerus mengungkapkan keyakinan ini tanpa henti selama bertahun-tahun. Pada antara usia 5 dan 10 tahun, jika ia terus mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang perempuan, dan secara rutin mencoba untuk terlibat pada aktivitas yang bersifat feminin dan mengenakan pakaian feminin tanpa ada tanda-tanda bahwa hal ini didorong secara eksternal, maka ya, saya akan mengambil tindakan lebih lanjut.
Saya akan mencoba untuk tidak secara aktif mendorong atau mendiskreditkan keinginannya. Namun, saya akan mengajukan banyak pertanyaan: “Bagaimana yang kamu maksud? Dari mana kamu mengetahui hal ini? Apa yang membuatmu berpikir seperti ini, dll?” Saya tidak akan sekadar bertanya, namun melakukan apa yang seharusnya dilakukan semua orang tua: mengenal anak saya, dan menghadirkan suasana di mana mereka merasa nyaman berbicara secara terbuka dan menjadi diri mereka sendiri. Saya akan menunjukkan bahwa saya aman untuk diajak bicara.
Terlalu banyak remaja gay atau gender non-konformis, terutama mereka yang berasal dari keluarga dan komunitas konservatif, hidup dalam ketakutan bahwa bersikap terbuka tentang siapa diri mereka akan mengakibatkan pelecehan, pengucilan, cemoohan, atau berbagai hal lain yang lebih buruk lagi. Para transgender jauh lebih besar kemungkinannya untuk menjadi tunawisma, kehilangan pekerjaan, dan dikucilkan dari teman-teman dan keluarga mereka dibandingkan dengan para cis, dan pencegahan terhadap masalah tersebut sebenarnya dimulai dari rumah.
Saya juga akan mempelajari secara ekstensif semua literatur yang telah diverifikasi oleh rekan sejawat tentang jenis perilaku yang ditunjukkan anak tersebut dan mencari nasehat profesional dari berbagai profesional kesehatan mental sebelum menyetujui segala bentuk pengobatan. Jika, pada saat itu, dapat ditunjukkan bahwa anak tersebut adalah seseorang yang, terlepas dari apa pun yang saya katakan atau lakukan, akan memilih untuk bertransisi menjadi orang dewasa dan menjalani sisa hidupnya sebagai seorang wanita, saya akan menyetujui puberty blocker, karena ketika saya menolak melakukan hal tersebut, saya justru akan menghambat kebutuhannya.
Ketika ada bukti ilmiah bahwa penggunaan puberty blocker berdampak positif untuknya untuk jangka panjang, barulah saya akan menyetujuinya. Penting untuk dipahami bahwa dengan menolak akses puberty blocker bagi anak dengan disforia gender, Anda memaksa mereka melewati masa pubertas yang akan membuat tubuh mereka tidak seperti yang dirasakan oleh psikologi internal mereka dan kemungkinan besar akan memperburuk kesehatan mental mereka serta meningkatkan kemungkinan mereka untuk melakukan bunuh diri. Seharusnya tidak sulit untuk memahami mengapa seseorang yang kebahagiaannya ada pada penampilan sebagai sosok feminin akan dirugikan saat melalui masa pubertas sebagai laki-laki, dan sebaliknya bagi seseorang yang ingin tampil sebagai maskulin, dipaksa melalui masa pubertas seabagai perempuan. Lebih jauh lagi, jika negara melakukan hal tersebut maka hal tersebut merupakan bentuk penindasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap seseorang yang bertentangan dengan kebebasan individu dan temuan penelitian medis yang relevan.
Saya akan menggunakan kesempatan ini untuk menunjukkan bahwa tinjauan tahun 2020 oleh Child and Adolescent Mental Health menemukan bahwa puberty blocker terkait dengan “hasil positif seperti penurunan bunuh diri di masa dewasa, peningkatan pengaruh dan fungsi psikologis, serta peningkatan kehidupan sosial.”
Selain itu, survei tahun 2020 yang dipublikasikan di Pediatrics menemukan bahwa “Ada hubungan terbalik yang signifikan antara pemberian pengobatan dengan puberty blocker selama masa remaja dan keinginan bunuh diri seumur hidup di kalangan transgender dewasa yang menginginkan pengobatan ini.”
Studi tahun 2022 yang dipublikasikan dalam Journal of American Medical Association menemukan fakta bahwa “mereka yang menerima terapi gender, termasuk puberty blocker dan terapi hormon, memiliki kemungkinan 60% lebih rendah untuk mengalami depresi sedang atau berat dan 73% lebih rendah kemungkinan untuk melakukan bunuh diri usai menjalani terapi hingga 12 bulan.”
Demikian pula untuk penggunaan hormon cros-sex yang diresepkan dokter, sebagaimana dicatat dalam studi tahun 2022 dari Journal of Adolescent Health, yang menemukan “penggunaan (terapi hormon) GAHT dikaitkan dengan kemungkinan lebih rendah untuk mengalami depresi dan keinginan bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang menginginkan GAHT tetapi tidak mendapatkannya. Bagi remaja di bawah usia 18 tahun, GAHT dikaitkan dengan kemungkinan lebih rendah untuk mengalami depresi dan keinginan bunuh diri dalam satu tahun.
Pada titik percakapan ini, saya kemudian akan ditanya tentang operasinya. Apakah saya akan “baik-baik saja” jika alat kelamin anak saya dimodifikasi melalui operasi? Seringkali, ungkapan “dipotong” atau “dimutilasi” dilontarkan,” dan sering kali, ada anggapan bahwa hal ini akan terjadi pada usia yang sangat muda.
Operasi penggantian alat kelamin, sebagai pengobatan untuk disforia gender, biasanya dilakukan pada orang berusia 18 tahun ke atas, sehingga sebagian besar dari pertanyaan ini tidak realistis. Artinya, semakin ekstrim intervensi medis yang diusulkan, dan semakin muda orang yang menerimanya, semakin besar pula beban pembuktian yang harus dipenuhi oleh orang yang mengusulkan agar saya dapat menyetujuinya.
Saya pernah ditanya dalam konteks ini: “Anda tidak memiliki satu masalah pun dengan hal tersebut, dan Anda akan 1000% menyetujui SEMUA hal tersebut?” Saya menjawab: “Tidak, saya tidak 1000% atau bahkan 100% setuju dengan SEMUA itu. Faktanya, itu semua membuatku agak tidak nyaman. Namun, saya akan melakukan tindakan apapun yang didukung oleh bukti empiris daripada sekadar mengikuti emosi saya.”
Saya pikir ada ruang untuk perdebatan yang terbuka mengenai seberapa tepat pembatasan medis untuk remaja trans, terutama pada usia yang lebih muda. Namun penentangan absolut dari kelompok sosial konservatif tidak nampak seperti perdebatan tersebut.
Debat yang terbuka melibatkan mengetahui apa yang Anda bicarakan, mengakui di mana Anda kurang ahli, mengakui bahwa Anda mungkin salah tentang suatu hal, dan mengakui poin-poin dan kekhawatiran yang dibuat oleh pihak lain. Hal ini mencakup mengetahui apa yang dikatakan oleh penelitian yang telah diverifikasi oleh rekan sejawat, dan memahami topik-topik seperti standar diagnosis, dan kelayakan untuk mendapatkan pengobatan. Hal ini harus dilakukan oleh orang-orang dengan latar belakang medis yang sesuai, dan bukan oleh politisi, provokator, dan tradisionalis.
Terlepas dari gambaran yang ditampilkan oleh media sayap kanan, penelitian mengenai topik ini sebenarnya cenderung menemukan hasil positif dari operasi penegasan gender. Misalnya, studi tahun 2021 dari peneliti Harvard yang menemukan bahwa operasi penegasan gender mengurangi tekanan psikologis dan keinginan bunuh diri, dan bahkan mengurangi kebiasaan merokok.
Meskipun demikian, saya tidak akan begitu saja mendorong saran apa pun yang ditolak: saya akan mempertanyakan, membantah, berperan menjadi kontrarian, mengeksplorasi kemungkinan pilihan lain, dan mendapatkan opini kedua, ketiga, keempat, dan kelima di setiap langkah proses. Saya mungkin akan mondar-mandir sepanjang malam, bertanya-tanya apakah saya menangani situasi ini dengan tepat. Semuanya akan sangat menegangkan bagi saya. Namun, yang pasti tidak akan saya lakukan adalah mengabaikan apa yang dialami anak saya, dan saya juga tidak akan mencoba memaksakan peran gender pada anak saya, seperti yang saya lihat banyak kaum konservatif sosial katakan akan mereka lakukan dan seperti yang telah dilakukan banyak orang, kemungkinan besar akan berakibat tragis.
Para tradisionalis dan konservatif selalu dengan penuh semangat untuk mendemonisasi kaum trans, sebagai cara untuk menjaga basis sosial-politik mereka. Sebagai tanggapan, para politisi Partai Republik secara agresif mengajukan dan mengesahkan ratusan rancangan undang-undang anti-trans di seluruh Amerika Serikat. RUU ini akan meningkatkan kesengsaraan, depresi, dan bunuh diri. Selain itu, retorika yang menyertainya kemungkinan besar akan mendorong tindakan kekerasan terhadap orang-orang yang dianggap tidak sesuai dengan peran gender yang ada di masyarakat. Semua argumen pendukung mereka melibatkan kesalahan dalam mengartikan bukti, konspirasi, dan menggunakan emosi serta kemarahan secara keliru. Namun, saya rasa hasil seperti ini sudah dapat ditebak untuk terjadi pada negara-negara yang reaksioner dan otoriter, seperti yang selalu terjadi pada kaum konservatif sosial.
Seluruh hasil publikasi didanai sepenuhnya oleh donasi. Jika kalian menyukai karya-karya kami, kalian dapat berkontribusi dengan berdonasi. Temukan petunjuk tentang cara melakukannya di halaman Dukung C4SS: https://c4ss.org/dukung-c4ss.