Oleh: Mat Jenny. Teks aslinya berjudul “The Hungarian Revolt — Then and Today.” Diterjemahkan oleh Iman Amirullah dan Jessica Gunawan.
Lebih dari enam puluh tahun yang lalu, Pemberontakan Hungaria (1956) dimulai dari demonstrasi damai mahasiswa di pusat kota Budapest pada tanggal 23 Oktober. Reaksi keras pemerintah segera mengubah protes damai menjadi pemberontakan nasional melawan kendali Soviet atas Hungaria. Para pekerja dan pemuda Hungaria berjuang melawan kekuasaan yang seharusnya hadir untuk kepentingan mereka. Terlepas dari kegagalannya, semangat revolusi Hungaria tetap relevan hari ini seperti sebelumnya.
Hungaria, layaknya Uni Soviet, tidak membebaskan orang miskin dari struktur ekonomi yang menindas dengan mengendalikan segala hal dan semua orang. Penyangkalan negara tersebut terhadap kebebasan dasar semua orang untuk mengatur hidup secara mandiri malah mengubah seluruh penduduknya menjadi kaum proletar.
Pemerintah Republik Rakyat Hungaria memaksakan prinsip – prinsip paternalis Soviet kepada rakyatnya. Hal itu meneror mereka dan membenamkan mereka dalam propaganda negara siang dan malam. Ekonomi Hungaria sangat menderita akibat kesalahan manajemen yang dilakukan oleh negara sosialis. Semua ini mendorong sentimen buruk terhadap pemerintah dan akhirnya menyebabkan pemberontakan.
Hari ini, situasi serupa terjadi di seluruh dunia. Negara – negara diserbu karena alasan “kemanusiaan” dan orang – orang ditindas “untuk kebaikan mereka sendiri.” Hasilnya selalu sama: kematian dan kehancuran; kemiskinan mental dan material.
Perang saudara di Irak, pengadilan para pembangkang Turki, kelaparan di Korea Utara, penindasan orang – orang Tibet, Perang Chechnya — daftar ini tampaknya tidak ada habisnya. Ini semua adalah contoh perang abadi antara kekuasaan dan kebebasan. Peningkatan kekuasaan dan penurunan kebebasan terlalu sering dibenarkan atas dasar “kebaikan bersama”; hasilnya selalu sama: menghancurkan.
Hal ini tidak berhenti di sini. Setiap kita mengalaminya setiap hari: semakin banyak hukum yang dipaksakan kepada kita; semakin banyak aspek kehidupan pribadi kita diatur dan di bawah pengawasan; semakin banyak uang yang diambil dari kita. Semua ini dengan dalih “untuk kepentingan kita sendiri”, ”untuk ekonomi”, atau “untuk keamanan kita sendiri.” Namun, tindakan seperti itu tidak pernah mencapai apa yang seharusnya mereka lakukan, apapun niat baik yang mungkin memotivasi mereka. Perang menghasilkan lebih banyak perang; undang – undang meningkatkan kejahatan; perencanaan pusat melahirkan kemiskinan; kontrol menciptakan kekacauan.
Dengan demikian, sudah sepatutnya kita bertanya kepada diri sendiri: jika penurunan besar dalam kebebasan bukanlah yang dibutuhkan dan diinginkan orang Hungaria, bagaimana mungkin sesuatu yang bertentangan dengan keinginan kita menjadi kepentingan kita? Bagaimana bisa setiap penurunan kebebasan untuk kebaikan kita sendiri? Ketertarikan setiap orang dibuat oleh nilai – nilai dan gairah individu. Tetapi bagaimana nilai – nilai dapat dipaksakan kepada kita; bagaimana gairah kita dapat dikendalikan?
Sudah waktunya untuk sadar bahwa kebebasan yang tidak murni tidak dapat ditoleransi, bahwa semua orang tahu apa yang paling baik baginya. Tindakan negara acapkali tidak hanya berbahaya bagi kebebasan kita, tetapi juga bagi kemakmuran kita dan perdamaian dan keamanan. Kebebasan bukanlah sesuatu yang dapat ditukar dengan kedamaian, kemakmuran dan keamanan, itu adalah prasyarat mereka. Hal ini berlaku untuk masyarakat Hungaria pada tahun 1956 dan masih berlaku hingga saat ini.
Dengan demikian, hanya masyarakat yang benar – benar sukarela dan pasar yang benar – benar bebas yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi umat manusia saat ini: kemiskinan, perang, penindasan, dan eksploitasi. Sudah waktunya untuk mengambil semangat para demonstran Hungaria. Tapi tidak hanya kekuatan asing tidak layak memerintah kita, tidak ada yang harus memerintah siapa pun. Manusia adalah akhir dari dirinya sendiri dan tidak diwajibkan untuk tunduk pada keputusan siapapun.
Permintaan seperti itu tentu saja tidak utopis. Kebebasan bukan utopia; itu adalah sikap dan komitmen yang merupakan perluasan dari prinsip yang kebanyakan dari kita junjung dalam kehidupan pribadi kita, seperti menghormati hak hidup dan hak milik orang lain. Prinsip-prinsip ini juga berlaku bagi para politisi dan militer; aturan yang mengatur hidup kita harus mengatur mereka juga.
Jadi, semua orang yang berkomitmen untuk kebebasan, yang menyadari bahwa kebebasan melahirkan keteraturan dan bukan sebaliknya, sudah sepatutnya bergabung melawan ekspansi pemerintah dan menuntut minimalisasi peran negara serta penghilangan kekuasaan sekutu pribadinya. Setiap orang harus melawan agresi sekalipun melalui proksi pemerintah sebagai cara yang dianggap sah dan efektif untuk mencapai tujuan.