Oleh: Apio Ludd. Teks aslinya berjudul “The Anarchist as Outlaw” diterbitkan di My Own: Self-Ownership and Self-Creation Against All Authority, edisi 10 pada Oktober 2013. Diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh Ameyuri Ringo.
Ketika aku mengatakan aku seorang anarkis, aku hanya bermaksud bahwa, selama aku masih hidup, aku akan menolak untuk membiarkan siapa pun atau apa pun mendominasiku. Dengan kata lain, aku menolak untuk menerima kekuatan otoritas apa pun, institusi apa pun, penguasa apa pun baik yang sudah ada maupun yang baru akan menjadi penguasa, dll., atas aku. Inilah sebabnya aku juga menolak untuk memilih antara calon penguasa dan aturan. Melakukan hal itu, akan menunjukkan kesediaan untuk menyerahkan kekuatanku untuk menciptakan hidupku, kesediaan untuk menyerahkan kekuatan ini kepada orang lain, dan aku tidak bersedia melakukannya. Aku juga tidak bersedia, bahkan untuk sementara, menyerahkan kekuasaanku kepada otoritas atau institusi mana pun untuk bertindak atas namaku. Inilah sebabnya mengapa aku tidak akan pergi ke polisi atau pengadilan untuk menangani masalah atau konflik apa pun dalam hidupku. Selama kehidupanku, aku akan menghindari berurusan dengan lembaga-lembaga ini sepenuhnya.
Ketika aku mengatakan aku seorang penjahat, aku tidak bermaksud bahwa aku adalah bandit yang hebat dan heroik (klaim seperti itu akan membuat teman-temanku tertawa terbahak-bahak). Maksudku sederhana, bahwa selama kehidupanku, aku akan hidup secara alegal, yaitu, tanpa memperhatikan hukum. Aku tidak akan membiarkan hukum menentukan pilihan dan tindakanku. Sebaliknya, aku akan menggunakan semua kekuatanku – keterampilanku, alatku, akalku, koneksiku – untuk menjalankan hidupku dengan caraku sendiri tanpa ketahuan. Alegalitas ini memperkuat penolakanku untuk secara sukarela berurusan dengan polisi atau pengadilan.
Aku berbicara tentang alegalitas dan bukan ilegalisme, bukan karena aku menentang ilegalisme, tetapi karena aku ingin itu lebih tepatnya. Awalnya, istilah “ilegalisme” memiliki arti khusus. Illegalis adalah seorang anarkis yang memilih untuk menggunakan cara ilegal sebagai cara untuk mencari nafkah daripada mengemis atau mengambil pekerjaan. Jadi, “ilegalisme” merujuk secara khusus pada perampokan, pencurian, pemalsuan, dll., [1] bukan propaganda dengan perbuatan, attentat, dan sejenisnya, atau hal-hal seperti penolakan dinas militer, pajak, dll. Perdebatan orisinal tentang ilegalisme bukan tentang apakah kaum anarkis harus mengambil tindakan ilegal – diasumsikan bahwa semua anarkis melakukannya – tetapi tentang apakah reklamasi individu [2] adalah taktik yang sah – dan bagi seorang egois ini bahkan bukan pertanyaan; satu-satunya pertanyaan adalah: “Apa yang bisa aku lakukan?” Bagaimanapun, kaum anarkis, dan dalam hal ini, semua individu yang berjiwa bebas, tidak tunduk, dan pasti akan melanggar hukum. Ketika hukum ada, pilihanku untuk hidup dengan caraku sendiri akan membuat diriku menjadi penjahat, karena aku akan mengabaikan semua hukum sebab kuanggap sebagai penghalang yang harus dihindari.
Seseorang dapat melihat penolakan ini – tidak memilih, tidak menghubungi polisi, tidak menggunakan pengadilan, dll. – sebagai seperangkat prinsip, etika, yang kupilih untuk dijalani. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka menjadi kekuatan atasku, karena aku ingin mereka tetap menjadi prinsipku, etikaku. Jadi, aku tidak menetapkannya sebagai aturan untuk diikuti, tetapi memilihnya setiap saat, karena aku menganggapnya sebagai alat yang paling cocok untuk menciptakan hidupku sesuai keinginanku. aku ingin menjalani hidupku dengan caraku sendiri secepatnya, di sini dan sekarang, tidak menundanya ke masa depan yang selalu fiksi. Dan setiap kali aku memberikan kekuatanku kepada orang lain, aku kehilangan hidupku di sini dan sekarang, yang bisa dikatakan lebih sederhana: aku kehilangan hidupku. Jadi, bagiku, apa yang disebut seperangkat prinsip ini, yang disebut etika, hanyalah praktikku untuk membuat hidupku sendiri di sini dan saat ini.
(Ini adalah bagian ketiga dari karya yang lebih besar berjudul “Nobody Owes No One Nothing! Amoral Egoism as an Anarchist Outlaw Ethic.”)
[1] Praktik ini juga disebut reprise individuelle – pengambilan kembali individu.
[2] Praksis yang identik dengan anarkisme dimana individu miskin akan merampok harta orang-orang kaya. Taktik ini dipopulerkan oleh Ravachol dan Duval pada awal abad 20 <https://en.wikipedia.org/wiki/Individual_reclamation>
My Own adalah publikasi ide-ide anarkis, egois, individualis, literatur dan analisis yang berasal dari perspektif yang secara eksplisit anti-kapitalis, egois non-pasar yang bertujuan untuk mendorong jalinan pemberontakan individu terhadap semua bentuk otoritas, dominasi dan keseragaman.
My Own tersedia atas dasar mutualitas. Jika Anda ingin menerimanya, tunjukkan bahwa Anda mengetahui upaya dan biaya (ongkos kirim dan pencetakan) yang saya keluarkan dengan mengirimkan saya sesuatu yang mengkompensasinya: My_Own@riseup. net
Apio Ludd/Feral Faun/Wolfi Landstreicher adalah nama samaran untuk editor anarkis kontemporer yang menulis buku Willful Disobedience (Ardent Press, 2009)